Relief Dhukka : Moha Loba Dosa

Sumber Dhukkha

lobha-dosa
Relief Moha, Lobha, Dosa

Relief ini mengingatkan bahwa Ajaran Buddha hanya mengupas yang satu ini; sumber “Dukkha” dan bagaimana lenyapnya “Dhukkha”. Kehidupan manusia yang berulan-ulang (tumimbal lahir) bersumberkan pada belenggu yang disebut dengan Moha / Kekelirutahuan (Babi), loba / Keserakahan (Ayam) dan Dosa / Kebencian (Ular) yang akhirnya membentuk Ego / Keakuan.

Diletakan dilantai dasar untuk mengingatkan kita ke Vihara untuk belajar dan mengikis 3 akar kejahatan ini, dengan mengendapkan ego/keakuan pada tempat yang paling dasar, untuk memunculkan ke “Bodhi” an yang ada dalam setiap manusia (mano = pikiran, usa = luhur).

Seperti usaha dan perjuangan Boddhisatta menjadi Buddha yang reliefnya ada di depan dan sifat-sifat mulia-Nya (Buddhanusati) terukir pada papan kayu jati di atas relief ini.

Untitled-1

Bangunan Kembar

Untitled-1
Twin Building

Bangunan kembar ini terletak disebelah barat ketika memasuki areal vihara walaupun dengan luas ruang yang cukup minim namu ruangan dirancang agar berkesan lega.

Pengunjung dapat dengan nyaman membaca koleksi buku-buku, menyaksikan video tentang keagungan Sang Buddha dan Ajara-Nya, serta tentang Vihara Buddha Guna.

Bangunan kembar ini terletak disebelah timur di depan bangunan utama. Terbagi menjadi dua ruangan yang berfungsi sebagai ruang informasi dan security, di ruangan ini pengunjung mendapatkan pelayanan informasi tata tertib dan tentang vihara ini.

Ruangan sebelahnya  berfungsi sebagai ruang bursa (merchandise) yang menjual cinderamata Khas Vihara Buddha Guna.

Pilar Asoka

pilar-asoka
Pilar Asoka

Pilar Asoka adalah pilar yang dibangun oleh Raja Asoka, seorang Maharaja sepanjang sejarah India yang lair ± 500 tahun setelah Buddha Parinibbana.

Pembangunan Pilar Asoka adalah sebagai bentuk penghormatan Raja Asoka terhadap Guru Buddha Gotama, karena berkat Dhamma yang diajarkan-Nya menyadarkan sang raja untuk hidup sesuai Dhamma dari kekeliruanya membasmi sanak saudaranya dan menaklukan kerajaan-kerajaan disekitarnya.

Pilar Asoka perlambang perdamaian dan kerukunan Umat Beragama sarat akan pesan Dhamma yang tertuang dalam ukiranya yang indah, seperti : Roda Dhamma yang melambangkan Kebenaran Mulia yang diajarkan Sang Buddha, Gajah melambangkan kelahiran Bodhisatta dalam mimpi Ratu Siri Mahamaya Dewi, Kerbau melambangkan tekad dan keperkasaan Pangeran Sidattha Gotama, Kuda melambangkan Pelepasan Agung menunggangi Kuda Kanthaka dan Singa melambangkan Buddha adalah Raja Dhamma seperti Singa sang raja rimba.

Dekrit Maharaja Asoka

Dekrit Perdamaian dan Kerukunan Hidup Beragama

dekrit

“JANGANLAH KITA MENGHORMAT AGAMA SENDIRI DENGAN MENCELA AGAMA ORANG LAIN.

SEBALIKNYA, AGAMA ORANG LAIN DIHORMATI ATAS DASAR-DASAR TERTENTU.

DENGAN BERBUAT DEMIKIAN, KITA TELAH MEMBANTU AGAMA KITA SENDIRI UNTUK BERKEMBANG,

DI SAMPING MENGUNTUNGKAN PULA AGAMA LAIN.

DENGAN BERBUAT SEBALIKNYA, MAKA KITA AKAN MERUGIKAN AGAMA KITA SENDIRI

DI SAMPING MERUGIKAN AGAMA ORANG LAIN.

OLEH KRENA ITU, BARANG SIAPA MENGHORMAT AGAMANYA SENDIRI DENGAN MENCELA AGAMA

ORANG LAIN SEMATA-MATA KARENA DORONGAN RASA BAKTI KEPADA AGAMANYA SENDIRI DENGAN BERPIKIR: ‘BAGAIMANA AKU DAPAT MELUPAKAN AGAMAKU SENDIRI’, MAKA DENGAN BERBUAT DEMIKIAN IA MALAH MERUGIKAN AGAMANYA SENDIRI.

OLEH KARENA ITU, TOLERANSI DAN KERUKUNAN BERAGAMALAH YANG DIANJURKAN, DENGAN PENGERTIAN, BAHWA SEMUA ORANG

SELAIN MENDENGARKAN AGAMANYA SENDIRI

HENDAKNYA BERSEDIA PULA MENDENGARKAN AJARAN YANG DIANUT OLEH ORANG LAIN…”

 Kinara dan Kinari

KINARA-KINARI
Kinara Kinari

 

Boddhisatta Buddha Gotama pernah terlahir sebagai Kinara dan Putri Yasodhara saat itu terlahir sebagai Kinari (Manusia yang berbadan burung).

Patung Kinara dan Kinari ditempatkan di pilar canopy sebagai perlambang cinta kasih dan kesetiaan.

Penempatan Patung Kinara dan Kinari di depan bangunan utama dimaksudkan untuk mengingatkan kita bahwa Guru Agung Buddha Gotama menyebarkan Dhamma karenya cinta kasih-Nya kepada umat manusia dan alam semesta.

Patung ini juga berfungsi sebagai elemen estetika yang artistik yang mengesankan keluwesan dan keanggunan, diharapkan dapat menuntun umat yang berkunjung untuk memulai memperhatikan tindak tanduknya, kesopanannya memasuki areal vihara yang mengagungkan keluhuran sifat-sifat mulia Seorang Buddha.

Buddha Kicca

 

BUddha-kicca
“Buddha Kica” Kegiatan Sehari-hari Sang Buddha Selama 45 Tahun Melayani Alam Semeta dengan Penuh Welas Asih Sebagai Ikon dari Vihara Buddha Guna

 

Relief Buddha Kicca

(Gambar 1)

Pk. 04.00-05.00

Meditasi Menikmati Nibbana

(Gambar 2)

Pk. 05.00-06.00

Meditasi Memindai Dunia

(Gambar 3)

Pk. 06.00-12.00

Pindapata

(Gambar 4)

Pk. 12.00-18.00

Khotbah Dhamma Untuk Umat

(Gambar 5)

Pk. 18.00-22.00

Khotbah Dhamma pada Bhikkhu

(Gambar 6)

Pk. 22.00-02.00

Khotbah Dhamma pada Dewa

(Gambar 7)

Pk. 02.00-03.00

Meditasi Cankamana

(Gambar 8)

Pk. 03.00-04.00

Tidur (Perhatian Murni)

 

Buddhanusati

PERENUNGAN TERHADAP KEMULIAAN SIFAT SANG BUDDHA

itipiso

ITIPISO BHAGAWÂ ARAHAÑ SAMMAÂ – SAMBUDDHO

VIJJÂCARANA – SAMPANNO SUGATO LOKAVIDU

ANUTTARO PURISADAMMASÂRATHI

SATTHÂ DEVAMANUSSÂNAM

BUDDHO BHAGAVÂ’TI

KARENA INILAH SANG BHAGAWA, DISEBUT YANG MAHA SUCI,

YANG TELAH MENCAPAI PENERANGAN SEMPURNA,

SEMPURNA PENGETAHUAN SERTA TINDAK-TANDUKNYA,

SEMPURNA MENEMPUH SANG JALAN (KE NIBBÂNA),

PENGENAL SEGENAP ALAM, PEMBIBING MANUSIA YANG TIADA TARANYA,

GURU PARA DEWA DAN MANUSIA YANG SADAR (BANGUN), YANG PATUT DIMULIAKAN.

 

THIS BLESSED ONE IS HOLY, A FULLY ENLIGHTENED ONE

PERFECTED IN WISDOM AND VONDUCT,

FARING HAPPYLY, KNOWER OF THE WORLDS,

UNSURPASSED LEADER OF MEN TO BE TRAINED,

TEACHER OF HEAVENLY BEING AND MEN,

A BUDDHA, A BLESSED ONE.

naga-eraka
Naga Erakapatta sebagai penopang lantai 1,2,3 merupakan penyatu baik secara vertikal maupun horisontal bangunan ini karena terkisahkan sulitnya munculnya seorang Buddha dari kisah Naga erakapatta yang tertuang pada ukiran kayu di lantai 1 (Dhammapada 182)

KISAH NAGA EKAPATTA

            Ada seekor raja naga yang bernama Erakapatta. Dalam salah satu kehidupanya yang lampau selama masa Buddha Kasapa ia telah menjadi seorang bhikkhu untuk waktu yang lama. Karena gelisah (kukkucca) ia telah melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil selama itu, dan ia terlahir sebagai seekor naga. Sebagai seekor naga, ia menunggu munculnya seorang Buddha baru. Erakapatta memiliki seorang putri cantik, dan ia memanfaatkanya untuk tujuan menemukan serang Buddha. Ia membuat putrinya terkenal sehingga siapapun yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sang putri berhak memperistrinya. Dua kali dalam sebulan, Erakapatta membuat putrinya menari di udara terbuka dan mengumandangkan pertanyaan-pertanyaanya. Banyak pelamar yang datang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan berharap memilikinya, tetapi tak seorangpun dapat memberikan jawaban yang benar.

            Suatu hari, Sang Buddha melihat seorang pemuda yang bernama Uttara dalam pandangan-Nya. Beliau mengetahui bahwa si pemuda akan mencapai tingkat kesucian sotapatti, sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh putri Erakapatta, sang naga. Pada saat itu si pemuda telah siap dengan perjalannya untuk bertemu dengan putri Erakapatta. Sang Buddha menghentikannya dan mengajarinya bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika sedang diberi pelajaran, Uttara mencapai tingkat kesucian sotapatti. Sekarang disaat ia telah mencapai tingkat kesucian sotapatti, ia tidak lagi memiliki keinginan terhadap putri Erakapatta. Bagaimanapun, Uttara tetap pergi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk kebaikan banyak makhluk.

Keempat pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Siapakah penguasa?
  2. Apakah seorang yang diliputi oleh kabut kekotoran moral dapat disebut sebagai seorang penguasa?
  3. Penguasa apakah yang bebas dari kekotoran moral?
  4. Orang seperti apakah yang disebut tolol?

Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah sebagai berikut:

  1. Ia yang mengontrol enam indera adalah seorang penguasa.
  2. Seorang yang dilputi oleh kabut kekotoran moral tidak dapat disebut sebagai seorang penguasa; ia yang bebas dari kemelekatan disebut seorang penguasa.
  3. Penguasa yang bebas dari kemelekatan adalah yang bebas dari kekotoran moral.
  4. Seorang yang menginginkan kesenangan-kesenangan hawa nafsu adalah yang disebut tolol.

Mendapatkan jawaban yang benar seperti diatas, putri naga meneriakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan arus hawa nafsu, kehidupan berulang-ulang, pandangan-pandangan salah, kebodohan dan bagaimana mereka ditanggulanginya. Uttara menjawab pertanyaan-pertanyaan ini seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.

            Ketika Erakapatta mendengar jawaban-jawaban ini ia tahu bahwa seorang Buddha telah muncul di dunia ini sehingga ia meminta Uttara mengantarkanya menghadap sang Buddha. Saat melihat Sang Buddha, Erakapatta menceritakan bagaimana ia telah menjadi seorang bhikkhu selama masa Buddha Kasapa, bagaimana ia tidak sengaja menyebabkan sebilah pisau rumput patah ketika sedang melakukan perjalanan di atas perahu, dan bagaimana ia sangat khawatir bahwa kesalahan kecil yang telah diperbuatnya akan menggagalkan usaha pembebasan dirinya, akhirnya ia terlahir seekor naga.  Setelah mendengarnya, Sang Buddha mengatakan kepada sang naga, betapa sulit untuk dilahirkan di alam manusia, dan dilahirkan pada saat munculnya para Buddha atau selama para Buddha mengajar.

      Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 182 berikut:

Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.

Khotbah di atas bermanfaat bagi banyak mahkluk namun Erakapatta sebagai seekor hewan tidak mampu mencapai tingkat kesucian sotapatti.

KONSEP PEMUGARAN VIHARA BUDDHA GUNA – NUSA BALI

 

            Memperhatikan kondisi vihara yang perlu segera penanganan yang serius, panitia harus mempertimbangkan dengan bijaksana usaha yang akan ditempuh dalam pemugaran ini. Merencanakan dari awal tentu akan lebih mudah daripada merubah yang ada dengan memperhatikan kondisi yang ada, memaksimalkan fungsi ruang namun meminimalisasikan budget, disamping mempertahankan dengan “memoles” yang telah ada. Sungguh sebuah tantangan karena pemugaran tentunya dua kali kerja yaitu pekerjaan bongkar dan pekerjaan membangun kembali. Demikian pula jika pekerjaan ini diambil setengah-setengah/tidak tuntas maka tentunya akan memperlihatkan pemandangan yang tidak elok.

            Bagaikan sebuah mimpi bagi panitia untuk mewujudkan vihara yang refresentatif namun ada tekad, keyakinan dan semangat untuk mengahdapi tantangan ini. Akhirnya panitia didukung oleh Forum Ibu-ibu Buddhis Bali dalam penggalian dana, kemudian intensif memikirkan dan bekerja keras dengan penuh keyakinan mewujudkan karya yang terbaik untuk Umat Buddha Bali.

            Vihara Buddha Guna sebagai “Jendela Mengenal Buddhisme di Bali” dan dicanangkan sebagai “Bali Theravadin Buddhist Centre (BTBC)” didesain sarat akan pesan-pesan Dhamma, menampilkan “ Keagungan Sang Buddha”, yang tertuang dalam Buddhanusati (Perenungan terhadap Sifat-sifat Mulia Sang Buddha)”. Sebagai layaknya sebuah vihara maka tempat ini dirancang dengan Konsep Perancangan (Design Concept).

Spritualis~Elegance~Edukatif

~Spiritualis

Memberikan kesan yang tenang, khidmat, agung, megah, menggugah perasaan dan membuat yang berkunjung sadar, dan penuh perhatian,  untuk menaruh rasa hormat dan berhati-hati dalam setiap ruangan. Memunculkan spirit/energy yang positif karena terinspirasi berada dalam ruangan ini.

~Elegance

Elok, indah dan menawan untuk dipandang, memikat hati semua orang yang datang, mengundang untuk masuk berkunjung dan ingin tahu apa ajaran Sang Buddha Itu.

Tersusun dengan rapi (awal, tengah dan akhirnya) sebagai sequenze dan serial vision, menampilkan alur cerita yang indah dan pada akhirnya memberi kesan yang menankjubkan dan mengharukan.

Penampilan anggun/luwes dengan tidak menonjolkan diri dalam lingkungan tersebut namun sederhana tapi memikat dengan sentuhan aksentuasi di beberarpa tempat sebagai focal point dan secara keseluruhan berkesan istimewa.

~Edukatif

Desain bersifat mendidik, menampilkan element dekoratif yang bukan semata-mata memberikan kesan indah namun bermakna. Menggali Phylosofi Buddhis untuk diaplikasikan dalam rancang bangun. Menampilkan nilai-nilai yang sarat akan pesan Dhamma, baik dalam karya patung, relief dan tulisan-tulisan.

Konsep desain ini mendasari dalam setiap pemilihan dan penggunaan bahan, garis, bidang/bentuk, tekstur, warna dan pencahayaan disetiap elemen desain, suasana dan kesan ruang/bangunan.

KONDISI VIHARA BUDDHA  GUNA – NUSA DUA

 

(Gambar)

Tampak Depan Bangunan Vihara, cat yang telah mengelupas telah dikerok, stupa dari bahan kuningan namun telah menghitam, dan railing koridor luar yang keropos, sangat berbahaya, sewaktu-waktu bisa terlepas. Pilar Asoka tepat di depan bangunan utama yang belum kelar sejak diresmikan.

         plafon                              Plafond-yang-keropos-akibat-kebocoran-di-lantai                                      Kerusakan pada plafond.                                                                                Plafond yang keropos akibat kebocoran dilantai.

        cat-tembok-mengeluas                              Dome-yang-bocor-saat-hujan                                        Cat tembok mengelupas yang akhirnya dikerok ulang.                 Dome yang bocor saat hujan.

        Reiling-Tangga-Keropos                             Lantai-Keramik-yang-lepas.                                      Railing Tangga Keropos.                                                                                  Lantai Keramik yang lepas.

(Gambar) 

Tembok railing keropos dan membahayakan karena sewaktu-waktu bisa lepas dan jatuh.

Kusen-yang-tak-terawat-dan-list-kusen-dari-batu-alam-yang-riskan-terlepas

Kusen yang tak terawat dan list kusen dari batu alam yang riskan terlepas.

Pemugaran Vihara Buddha Guna

Kompleks Puja Mandala – Nusa Dua Bali

Tujuan Pemugaran Vihara Buddha Guna

  1. Kondisi bangunan dari sejak diresmikan pada tanggal 2 juli 2000 hingga kini nyaris tidak tersentuh perawatan yang memadai sehingga kerusakan-kerusakan yang terjadi menjadi terakumulasi.
  1. Kerusakan terjadi cukup serius / parah di lantai 3, yaitu pada ruang Uposathagara, dimana pada saat hujan maka ruangan tergenang air akibat kebocoran pada atap yang perlu penanganan segera, hal ini telah diatasi pada renovasi pada tahap pertama. 
  1. Pada bagian tertentu dari bangunan telah mengalami kerusakan yang cukup parah, seperti : beberapa bagian di plafond terutama di lantai 3 telah banyak yang keropos dan rusak akiabat bocor, railing selasar banyak yang keropos dan sangat membahayakan karena beberapa buah telah ada yang lepas dan jatuh, sebagian besar cat dinding bangunan luar bangunan telah mengelupas, hal ini terjadi karena teknik pengerjaan dan pemilihan bahan yang tidak memadai, serta usia dan perawatan yang nyaris tidak ada. Hal ini memperlihatkan pemandangan yang sungguh memperhatinkan. 
  1. Performa bangunan tidak didukung pemilihan kualitas bahan bangunan yang memadai sehingga mempercepat proses kerusakan bangunan, terutama dibagian luar bangunan yang bersentuhan langsung dengan cuaca.
  1. Ruangan (Dhammasala) kurang nyaman, terutama saat digunakan pada upacara Hari Raya Umat Buddha yang dipenuhi umat yang datang, maka keadaan ruang menjadi panas dan membuat gerah umat yang hadir.
  1. Kerusakan yang terjadi harus segera diatasi untuk menjaga “Image Umat Buddha Bali “ wajah dan citra Umat Buddha Bali tercermin di tempat ini, karena lokasi vihara ini berada di tempat strategis dipusat kawasan wisata Bali Tourism Development Coorporation (BTDC) Nusa Dua Dan dikompleks Puja Mandala ini, Vihara Buddha Guna Bersanding dengan tempat ibadah umat lainya. Sungguh-sungguh menjadi pemandangan yang tidak menarik bila vihara yang terletak di bagian tengah-tengah Kompleks Puja Mandala ini penampilanya sangat meperihatinkan, mengurangi keindahan pemandangan keseluruhan  kompleks tempat ibadah ini.

Tujuan Pengembangan Vihara Buddha Guna

  1. Kondisi Vihara Buddha Guna yang jauh dari pemukiman Umat Buddha dan keberadaan umat Buddha yang ada disekitar vihara sangat minim namun demikian lokasi vihara ini cukup terjangkau, strategis dan bergengsi maka diperlukan upaya untuk menarik perhatian dan minat Umat Buddha untuk berkunjung dan beraktivitas di tempat ini.
  1. Menyiapkan wadah dan fasilitas yang memadai untuk menunjang kegiatan umat Buddha. Kedinamisan kehidupan disebabkan karena adanya program kegiatan dan program kegiatan dapat terselenggara karena didukung oleh fasilitas yang memadai. Bermuara dari pemikiran tersebut perlu disediakan fasilitas yang dapat menunjang kegiatan anak-anak, remaja dan pemuda serta ibu-ibu yang merupakan civitas yang cukup aktiv, hal ini perlu mendapat perhatian dalam pengembangan vihara ini.
  1. Lokasi vihara yang berada dalam Kompleks Puja Mandala di kawasan wisata di Bali telah menjadi daya tarik wisatawan nusantara dan mancanegara untuk berkunjung, hal ini perlu diperhatikan untuk dikelola dengan baik sehingga keberadaan vihara ini dapat menjadi “Jendela Informasi Buddhism di Bali, dan sebagai tempat untuk menyalurkan kebajikan bagi umat yang berkunjung.

Sejarah Vihara Buddha Guna

Vihara Buddha Guna berada di tengah-tengah komplek lima rumah ibadah dikenal dengan areal Puja Mandala (Pura Jagatntha, Mesjid Ibnu Batutah, Gereja Bukit Doa dan Gereja Khatolik Maria Bunda Segala Bangsa) dibangun secara harmonis berdampingan yang terletak di lingkungan Desa Kampial, Kelurahan Benoa, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali.

Puja Mandala Seluas ± 2 hektar ini diprakarsai pembangunanya oleh pemerintah, muncul dari ide Bapak Joop Ave yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Dalam mengemban tugas yang diamanatkan, bahwa hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya; sehat lahir batin, sejahtera material dan spiritual, dan sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan bidang agama yaitu:

  • Peningkatan keimanan dan kataqwaan
  • Peningkatan kerukunan kehidupan beragama
  • Peningkatan peran serta umat dalam pembangunan melalui pendidikan dan perluasan sarana dan prasarana ibadah.

Karena itu dalam pembangunan suatu kawasan terlebih kawasan pariwisata yang dilengkapi berbagai fasilitas umum, seperti lapangan olahraga, rumah ibadah, fasilitas kesehatan dan sebagainya.

Didasari oleh keinginan luhur untuk mewujudkan amanat tersebut di atas, pemerintah melalui P.T (Persero) Bali Tourism Development Coorporation (B.T.D.C) memutuskan melengkapi Kawasan Pariwisata Nusa Dua dengan fasilitas rumah ibadah untuk memberikan pelayanan bagi umat beragama yang tinggal di Nusa Dua dan sekitarnya serta para wisatawan mancanegara. Dengan harapan kemegahan dan keindahan areal ini mencerminkan tingginya semangat kerukunan kehidupan umat beragama di Indonesia, serta karya cipta Putra Putri Indonesia ini menampilkan Arsitektur Tradisional Bali secara proporsional tanpa meninggalkan ciri khas masing-masing rumah ibadah.

Dalam rangka pengembangan kawasan yang memenuhi persyaratan di atas, dan untuk mencerminkan mantapnya Tri Kerukunan Hidup Beragama, P.T Bali Tourism Development Coorporation sejak tahun 1991 telah mengadakan pendekatan kepada pimpinan lembaga keagamaan di daerah Bali, untuk menginformasikan dan membahas rencana pembangunan lima rumah ibadah yang lahanya disediakan oleh P.T Bali Tourism Development Coorporation dan pembangunanya dibiayai oleh masing-masing lembaga keagamaan dengan berbagai persyaratan dari P.T Bali Tourism Development Coorporation.

Tanggal 19 Juni 1994

Menyadari bahwa pembangunan Vihara di area P.T Bali Tourism Development Coorporation adalah menyangkut tanggung jawab dan citra dari umat Buddha di Daerah Bali, melalui hasil konsultasi antar pengurus DPD Perwalian Umat Buddha (WALUBI) Provinsi Bali, yang diketuai Bapak Hindra Suarlim, bertempat di Balai Serba Guna Vihara Dharmayana Kuta, maka berhasil dibentuk panitia untuk mengatur pelaksanaan pembangunan Vihara Buddha Guna dengan ketua panitia terpilih Bapak Putu Adiguna.

Tanggal 20 Oktober 1994

Setelah 4 (empat) bulan Panitia Pembangunan terbentuk dilakukan upacara Peletakan Batu Pertama (Ground Breaking Ceremony) di Puja Mandala yang dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali Ahim Abdurahim, Bapak Nadirsyah Direktur Utama P.T Bali Tourism Development Coorporation , Tokoh Umat Buddha dan pejabat lainya.

Nama Vihara Buddha Guna diberikan oleh Y.M Girirakkhito Mahathera Ketua DPD Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI). Buddha Guna memiliki arti sifat-sifat mulian dari Sang Buddha yaitu:

  1. Pannya Guna : sifat mulia dari kebijaksanaan
  2. Visudhi Guna : sifat mulia dari kesucian
  3.  Karuna Guna : sifat mulia dari belas kasih
    Sifat-sifat mulia Sang Buddha lebih terperinci diuraikan dalam Buddhanusati, perenungan terhdap sifat-sifat mulia Sang Buddha.

Tanggal 08 Januari 1997

Walaupun peletakan batu pertama ini telah dilakukan namun lahan untuk berdirinya Vihara belum terbangun namun usaha pembangunan Vihara Buddha Guna tetap diupayakan dan demi kelancaran usaha mulia ini maka dipilihlah Ibu Erlina Kang sebagai Ketua Panitia Pembangunan Vihara Buddha Guna.

Tanggal 24 Maret 1997

Dengan usaha keras Pantia Pembangunan Vihara Buddha Guna dan dukungan segala pihak yang menanamkan jasanya pada usaha mulia ini, Pembangunan Vihara Buddha Guna akhirnya baru dapat dimulai hingga pada akhir bulan Juli 1997 usaha pembngunan ini telah terealisasi 50%.

Tanggal 21 Juli 1997

Akibat perekonomian Bangsa Indonesia pada saat tersebut terkena krisis sehingga dana pembangunan yang tersedia belum mencukupi untuk merampungkan pembanguan maka panitia pembangunan memutuskan untuk menggalang dana dengan mengadakan Arisan Gotong Royong, untuk menghimpun dana umat yang lebih luas dengan dikoordinasikan oleh Forum Ibu-ibu Bddhis Bali. Upaya ini mendapat dukungan dengan anggota 650 nomor arisan dengan arisan seratus ribu rupiah per bulan dan berlangsung selama 36 (tiga puluh enam) bulan dan berakhir Desember 2000. Dengan penuh tanggung jawab dan konsentrasi pembangunan terus diupayakan.

Tanggal 29 Desember 1997

Berlangsung Upacara Peresmian Puja Mandala Yang dihadirioleh Menteri Agama Republik Indonesia, Bapak Tarmizi Taher, pejabat pusat, pejabat daerah, tokoh-tokoh kelima agama. Namun Vihara Buddha Guna belum rampung pembangunanya, umat Buddha turut bermudita citta atas turut diresmikanya rumah ibadah yang lainya di areal tersebut.

Tanggal 2 Juli 2000

Vihara Buddha Guna telah rampung dibangun dan diresmikan pembangunanya dengan melakukan Upacara Pemberkahan yang dikenal dengan Abhiseka Buddha Rupang yang diawali dengan prosesi Abhiseka Buddha Rupang dari Vihara Buddha Sakyamuni – Denpasar. Buddha Rupang didatangkan dari Thailand yang diusahakan oleh Y.M Dhammasuto Thera, Padesanayaka Sangha Theravda Indonesia Daerah Bali. Pemberkahan dilakukan oleh Sangha Theravada Indonesia yang dipimpin oleh Sanghanayaka Sangha Theravada Indonesia Y.M Dhammasubho Mahathera. Upacara Pemberkahan didukung oleh Magabudhi Bali, Forum Ibu-ibu Buddhis Bali, dan Ibu-ibu vihara se-Bali, Vihara-vihara se-Bali serta dihadiri Umat Buddha di Bali dan luar Bali. Sejak saat ini Vihara Buddha Guna telah difungsikan sebagai tempat pembabaran Dhamma, Y.M Dhammasuto Thera sebagai Kepala Vihara dan untuk operasionalnya dipercayakan kepada PMd. Made Romarsana dan Ibu Vessa Adistya.

Tanggal 15 November 2005

Kegiatan Vihara Buddha Guna semakin digalakan dengan menyelenggarakan kegiatan Sekolah Minggu Buddhis yang tekah dibentuk 15 November 2005 diketuai oleh Ibu Helen Hartono, S. Ag. dan terbentuknya Dayaka Sabha Vihara Buddha Guna dengan terpilihnya PMd. Made Romarsana sebagai Ketua Dayaka Sabha Vihara Buddha Guna. Kegiatan dapat diselenggarakan atas dukungan Umat Buddha yang berasal dari Desa Alasangker Buleleng yang bertempat tinggal dan mencari nafkah di kawasan Nusa Dua.

Tanggal 3 Maret 2006

Buddha Rupang Vihara Buddha Sakyamuni – Denpasar Bali, didatangkan langsung dari Thailand dan disemayamkan sementara di Vihara Buddha Guna selama sebulan lebih. Tanggal 13 April 2006 dilaksanakan Upacara Abhiseka Buddha Rupang yang dirangkaikan dengan Pembukaan Sebulan Penghayatan Dhamma ke-8 dan Tanggal 14 April 2006 Upacara Prosesi Abhiseka Buddha Rupang dimulai dari Vihara Buddha Guna Nusa Dua menuju Vihara Buddha Sakyamuni yang dipimpin oleh para Bhikkhu Sangha Theravada Indonesia dan Bhikkhu dari Thailand, didukung oleh ribuan umat Buddha dari nusantara.

Tanggal 30 April 2007

Terbentuklah Pengurus Daerah Forum Ibu-ibu Buddhis Kabupaten Badung dengan terpilih sebagai Ketua Ibu Vessa Adistya, dengan menjadikan Vihara Buddha Guna sebagai tempat pusat kegiatanya. Dengan terbentuknya wadah bagi Ibu-ibu menyalurkan aspirasi dan inspirasi maka Kegiatan di Vihara Buddha Guna semakin terselenggara dengan baik, demikian pula umat dapat berperan lebih aktif di setiap keagamaan Buddha di Bali.

Tanggal 1 Mei 2007

Perayaan Tri Suci Waisak 2551, kondisi Viahara Buddha Guna sangat memprihatinkan. Sejak dimulainya pembangunan dan Upacara Abhiseka Buddha Rupang, Bangunan Vihara Buddha Guna Nusa Dua nyaris tidak tersentuh perawatan dan perbaikan yang memadai, membuat kondisi bangunan Viahara Buddha Guna sungguh erlu mengaharpkan perhatian yang serius dan dipandang perlu untuk diadakan pemugaran.

Sebagai tahap awal pemugaran Y.M Dhammasuto Thera menyarakan untuk mengerok cat tembok bangunan viahar yang terkelupas dan melakukan pengecatan dam mengatsi kebocoranya, namun mengingat kondisi bhante yang pada saat itu mulai menderita sakit dan dana renovasi belum memadai, serta mengingat dana yang dibutuhkan –cukup besar, maka akirnya usaha ini jadi tertunda. Terlebih setelah sepeninggalan Y.M Dhammasuto Thera bervassa diluar Pulau Bali maka, usaha perbaikan Vihara Buddha Guna semakin mengalami kesulitan.

Menyadari pentingnya dilakukan perbaikan Vihara Buddha Guna sesegera mungkin, P.Md. Made Romarsana selaku Dayaka Sabha Vihara Buddha Guna dan Ibu Vessa Adistya selaku Ketua PD Forum Ibu-ibu Buddhis, serta P.Md. Ketut Aryana melakukan diskusi mencari jalan keluar usaha perbaikan Vihara yang menjadi Image Umat Buddha Bali. Akhirnya melalui pertimbangan yang matang, mengingat keberadaan dan sejarah Vihara Buddha Guna maka diutuskanlah untuk mendiskusikan dengan Ibu Erlina Kang Adiguna mantan Ketua Kehormatan Pembangunan Vihara Buddha Guna dan Pendiri/Pembina Forum Ibu-ibu Buddis Bali yang selama ini memberikan perhatian atas kondisi yang dihadapi.

Tanggal 13 Februari 2008

Melalui rapat yang bertempat di Keraton Jimbaran Resort dan Spa dibentuklah Panitia Renovasi dan Pembangunan Vihara Buddha Guna, yang diketuai oleh PMd. Ketut Aryana dan Ibu Erlina Kang Adiguna sebagai Penanggung jawab serta diputuskan panitia yang dibentuk simple namun mampu menjalani tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Pada rapat ini diputuskan untuk merenovasi Vihara Buddha Guna secara bertahap dan menggalang dana dengan cara-cara yang cerdas. Dengan dana awal yang begitu minim, panitia menjalankan tugas renovasi tahap pertama dengan mengatasi kerusakan-kerusakan yang urgen dilakukan.

Tanggal 8 Oktober 2008

Melalui acara Arisan Gotong Royong Forum Ibu-ibu Buddhis Bali, dilakukan juga malam dana bagi Renovasi dan Pembangunan Viahara Buddha Guna, di Hongkong Garden Denpasar. Melalui Dhamma Talk yang disampaikan oleh Y.M Sucirano Thera dan didukung motivasi dari Ibu Erlina Kang Adiguna, akhirnya dapat mengumpulkan dana sebesar 1 milyar rupiah lebih. Dana ini akhirnya dapat mendukung proses pemugaran tahap ke-2 Vihara Buddha Guna.

Tanggal 20 Oktober 2008

Y.M Bhikkhu Dhammiko berkenan hadir untuk blessing pembongkaran secara serentak sebagai tanda dimulainya Tahap II Renovasi Vihara Buddha Guna Nusa Dua. Dengan dipimpin oleh Penanggung Jawab Ibu Erlina Kang Adiguna, Ketua Panitia PMd. Ketut Aryana, didukung oleh team pembangunan dan pelaksana pembangunan yang dipercayakan membuat usaha pemugaran semakin giat dilakukan.

Tanggal 23 Juli 2009

Peletakan batu pertama Kuti Bhikkhu yang dibangun 2 (dua) lantai terdiri dari 3 (tiga) ruang tidur dilantai atas dan ruang pertemuan dilantai dasar, bangunan ini didanakan oleh Keluarga Bapak Putu Adiguna. Pembangunan terus ditingkatkan dengan pemikiran lebih lanjut dan pembangunan dilakukan secara swakelola dengan pertimbangan akan dapat ditangani secara intensif. Upacara Peletakan Batu dipimpin oleh Y.M Dhammasubho Mahathera.

Tanggal 2 Agustus 2010

Dilakukan penyegaran panitia yang dimana panitia ditangani langsung oleh Penanggung Jawab Panitia Renovasi dan Pembangunan Vihara Buddha Guna, Ibu Erlina kang Adiguna didukung oleh Penanggung Jawab Arsitektur PMd. N. Setiabudi, S. T., Penanggung Jawab Konstruksi Mila Rosina Dewi, Penanggung Jawab Keuangan Ibu Vessa Adistya dan Ibu Mahayani, pemugaran Vihara Buddha Guna dilakukan lebih terarah.

Melalui diskusi yang intensif antara Ibu Erlina Kang Adiguna dan N. Setiabudi, S. T yang menggali keluhuran nila-nilai Buddhis yang dapat dituangkan dalam Arsitektur Vihara Buddha Guna, dibantu oleh Seniman Patung Bapak Marayasa, proyek pemugaran ini semakin menemukan konsep desain yang makin matang.

Kerja keras panitia ditingkatkan dengan pemikiran yang lebih efektif dan efisien diharapkan menghasilkan karya yang lebih fungsional. Renovasi gedung utama yang akan difungsikan sebagai Dhamma Hall, mulai dilakukan dengan menggunakan konstruksi baja, dengan bentang ruang yang semakin besar diharapkan mampu menampung kegiatan yang lebih beragam, dana renovasi disumbangkan oleh Keluarga Bapak Herminto – Denpasar.

Dilanjutkan dengan pembangunan Gedung 3 (tiga) Lantai yang difungsikan sebagai Sekolah Minggu Buddhis di lantai atas. Ruang Makan, dapur di lantai dasar dan beberapa toilet dan gudang di basement didanakan oleh Bapak John Sastrawan sekeluarga (Ramayana Group) – Denpasar

Fasilitas ruang makan Bhikkhu pun dibangun dilantai dasar tepatnya dibelakang bangunan utama menjadikan vihara ini diproyeksikan dapat mendukung kegiatan-kegiatan Sangha di masa akan datang. Bangunan ini didanakan oleh Keluarga Bapak Kusnan Kirana (Lion Group) – Jakarta.

Bangunan kembar depan yang telah ada pun semakin fungsional setelah di renovasi yang difungsikan sebagai perpustakaan di bagian atas dan ruang tidur karyawan di lantai bawah (bangunan barat) dan kantor depan dan security di lantai atas dan ruang tidur tamu di bawahnya (bangunan timur).

Dengan ditambahkan ornamen-ornamen, patung-patung, dan relief-relief bernafaskan Buddhis, tulisan kata-kata yang sarat akan pesan-pesan Dhamma, Kisah Kelahiran Sang Buddha yang penuh kebajikan bagi alam semesta, akhirnya Viahara Buddha Guna pada bulan April 2011 rampung 95%.

Tanggal 218 April 2011

Dilaksanakan Upacara Pemberkahan Vihara Buddha Guna oleh Sangha Theravada Indonesia, dipimpin oleh Sanghanayaka Theravada Indonesia, Y.M Jotidhammo Mahathera dan wejangan Dhamma oleh Mahanayaka Sangha Theravada Indonesia, Y.M Sri Pannyavaro Mahathera. Pemugaran dilanjutkan dengan melengkapi relief-relief untuk menampilkan keutuhan konsep Pemugaran Vihara Buddha Guna yang diangkat dari nama vihara yang memilki makna “ Kebajikan Sang Buddha” yang membawa kebahagian semesta alam dengan ikon Buddha.

Tanggal 22 Desember 2011

Bertepatan dengan hari Ibu dan ulang tahun ke-17 Forum Ibu-ibu Buddhis Bali maka diselenggarakan sebuah kegiatan yang memaknai perayaan hari yang bersejarah ini dengan meresmikan penggunaan vihara ini sebagai kado Dhamma dari Forum Ibu-ibu Buddhis yang telah berusia 17 tahun sebagai Abdi Dhamma.

Upacara Purna Pugar (Grand Opening) Vihara Buddha Guna, yang diresmikan oleh Gubernur Bali Bapak Made Mangku Pastika didampingi oleh Sanghanayaka Sangha Theravada Indonesia, Y.M Jotidhammo Mahathera, Dirjen Bimas Buddha R.I Bapak Joko Wuryanto, Bhikkhu sangha, para pejabat, Direktur Bali Tourism Development Coorporation (B.D.T.C), Tokoh Lintas Agama, Tokoh Adat dan Budaya, Tokoh Umat Buddha Nasional serta umat Buddha Bali.

Diharapkan dengan upacara ini dapat menjadi moment yang penting bagi kehadiran Vihara Buddha Guna dalam pengembangan Buddha Dhamma di Pualu Dewata. Di masa mendatang Vihara Buddha Guna dicanangkan sebagai Bali Theravadin Buddhist Cooperation (BTBC). Semoga kehadiran Vihara Buddha Guna dapat menambah nuansa spritualis di Kawasan Puja Mandala. Menampilkan kemegahan Buddha Dhamma dengan Arsitek yang Elegan (mewah dan menawan) yang melambangkan keagungan dari Sang Buddha serta dapat bermanfaat dan meningkatkan edukasi tentang Buddha Dhamma.
Akhirnya semoga semua usaha yang mulia ini memberikan kebahagiaan bagi semua makhluk dan pengembangan Dhamma di Pulau Dewata.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitata.
Sadhu,… Sadhu,…Sadhu………

Denpasar, 31 Desember 2011
Mettacittena
Penanggung Jawab
Pemugaran Vihara Buddha Guna.

Ttd

Erlina Kang Adiguna

…..oooOOOooo…..

Sejarah ini ditulis dari informasi berbagai data-data dan narasumber.