Relief Buddha Kicca
(Gambar 1)
Pk. 04.00-05.00
Meditasi Menikmati Nibbana
(Gambar 2)
Pk. 05.00-06.00
Meditasi Memindai Dunia
(Gambar 3)
Pk. 06.00-12.00
Pindapata
(Gambar 4)
Pk. 12.00-18.00
Khotbah Dhamma Untuk Umat
(Gambar 5)
Pk. 18.00-22.00
Khotbah Dhamma pada Bhikkhu
(Gambar 6)
Pk. 22.00-02.00
Khotbah Dhamma pada Dewa
(Gambar 7)
Pk. 02.00-03.00
Meditasi Cankamana
(Gambar 8)
Pk. 03.00-04.00
Tidur (Perhatian Murni)
Buddhanusati
PERENUNGAN TERHADAP KEMULIAAN SIFAT SANG BUDDHA
ITIPISO BHAGAWÂ ARAHAÑ SAMMAÂ – SAMBUDDHO
VIJJÂCARANA – SAMPANNO SUGATO LOKAVIDU
ANUTTARO PURISADAMMASÂRATHI
SATTHÂ DEVAMANUSSÂNAM
BUDDHO BHAGAVÂ’TI
KARENA INILAH SANG BHAGAWA, DISEBUT YANG MAHA SUCI,
YANG TELAH MENCAPAI PENERANGAN SEMPURNA,
SEMPURNA PENGETAHUAN SERTA TINDAK-TANDUKNYA,
SEMPURNA MENEMPUH SANG JALAN (KE NIBBÂNA),
PENGENAL SEGENAP ALAM, PEMBIBING MANUSIA YANG TIADA TARANYA,
GURU PARA DEWA DAN MANUSIA YANG SADAR (BANGUN), YANG PATUT DIMULIAKAN.
THIS BLESSED ONE IS HOLY, A FULLY ENLIGHTENED ONE
PERFECTED IN WISDOM AND VONDUCT,
FARING HAPPYLY, KNOWER OF THE WORLDS,
UNSURPASSED LEADER OF MEN TO BE TRAINED,
TEACHER OF HEAVENLY BEING AND MEN,
A BUDDHA, A BLESSED ONE.
KISAH NAGA EKAPATTA
Ada seekor raja naga yang bernama Erakapatta. Dalam salah satu kehidupanya yang lampau selama masa Buddha Kasapa ia telah menjadi seorang bhikkhu untuk waktu yang lama. Karena gelisah (kukkucca) ia telah melakukan pelanggaran-pelanggaran kecil selama itu, dan ia terlahir sebagai seekor naga. Sebagai seekor naga, ia menunggu munculnya seorang Buddha baru. Erakapatta memiliki seorang putri cantik, dan ia memanfaatkanya untuk tujuan menemukan serang Buddha. Ia membuat putrinya terkenal sehingga siapapun yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan sang putri berhak memperistrinya. Dua kali dalam sebulan, Erakapatta membuat putrinya menari di udara terbuka dan mengumandangkan pertanyaan-pertanyaanya. Banyak pelamar yang datang untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan berharap memilikinya, tetapi tak seorangpun dapat memberikan jawaban yang benar.
Suatu hari, Sang Buddha melihat seorang pemuda yang bernama Uttara dalam pandangan-Nya. Beliau mengetahui bahwa si pemuda akan mencapai tingkat kesucian sotapatti, sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh putri Erakapatta, sang naga. Pada saat itu si pemuda telah siap dengan perjalannya untuk bertemu dengan putri Erakapatta. Sang Buddha menghentikannya dan mengajarinya bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Ketika sedang diberi pelajaran, Uttara mencapai tingkat kesucian sotapatti. Sekarang disaat ia telah mencapai tingkat kesucian sotapatti, ia tidak lagi memiliki keinginan terhadap putri Erakapatta. Bagaimanapun, Uttara tetap pergi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk kebaikan banyak makhluk.
Keempat pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut:
- Siapakah penguasa?
- Apakah seorang yang diliputi oleh kabut kekotoran moral dapat disebut sebagai seorang penguasa?
- Penguasa apakah yang bebas dari kekotoran moral?
- Orang seperti apakah yang disebut tolol?
Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah sebagai berikut:
- Ia yang mengontrol enam indera adalah seorang penguasa.
- Seorang yang dilputi oleh kabut kekotoran moral tidak dapat disebut sebagai seorang penguasa; ia yang bebas dari kemelekatan disebut seorang penguasa.
- Penguasa yang bebas dari kemelekatan adalah yang bebas dari kekotoran moral.
- Seorang yang menginginkan kesenangan-kesenangan hawa nafsu adalah yang disebut tolol.
Mendapatkan jawaban yang benar seperti diatas, putri naga meneriakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan arus hawa nafsu, kehidupan berulang-ulang, pandangan-pandangan salah, kebodohan dan bagaimana mereka ditanggulanginya. Uttara menjawab pertanyaan-pertanyaan ini seperti yang diajarkan oleh Sang Buddha.
Ketika Erakapatta mendengar jawaban-jawaban ini ia tahu bahwa seorang Buddha telah muncul di dunia ini sehingga ia meminta Uttara mengantarkanya menghadap sang Buddha. Saat melihat Sang Buddha, Erakapatta menceritakan bagaimana ia telah menjadi seorang bhikkhu selama masa Buddha Kasapa, bagaimana ia tidak sengaja menyebabkan sebilah pisau rumput patah ketika sedang melakukan perjalanan di atas perahu, dan bagaimana ia sangat khawatir bahwa kesalahan kecil yang telah diperbuatnya akan menggagalkan usaha pembebasan dirinya, akhirnya ia terlahir seekor naga. Setelah mendengarnya, Sang Buddha mengatakan kepada sang naga, betapa sulit untuk dilahirkan di alam manusia, dan dilahirkan pada saat munculnya para Buddha atau selama para Buddha mengajar.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 182 berikut:
Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.
Khotbah di atas bermanfaat bagi banyak mahkluk namun Erakapatta sebagai seekor hewan tidak mampu mencapai tingkat kesucian sotapatti.