Gedung Timur

Ruang Sekolah Minggu, Ruang Makan dan Dapur

Terletak di timur bangunan utama, gedung ini berfungsi sebagai toilet di basement, ruang makan dan dapur di lantai 1 dan Ruang Sekolah Minggu Buddhis di lantai 2. Tampak dalam foto di atas adalah Eksterior dan Ruang Sekolah Minggu yang menampung 30 orang siswa.

dapur

Dengan lahan yang terbatas namun tuntutan fungsi dan keterbukaan lahan hijau yang cukup, ruang-ruang dirancang sesuai kebutuhan. Seperti ruang makan dan dapur yang dibutuhkan untuk menunjang acara yang diselenggarakan. Selasar lantai dasar bangunan utama juga difungsikan sebagai tempat duduk-duduk dan makan yang mengesankan suasana santai.

Wisma Umat

Bangunan Untuk Penginapan Umat

wumat

Wisma umat berada dibagian timur, belakang bangunan utama, berfungsi pelayanan penginapan bagi umat yang memerlukan, serta penginapan bagi umat bila mengadakan acara di vihara ini. Bangunan ini terdiri dari 1 (satu) lantai yang dilengkapi ruang tidur dan toilet.

Terdiri dari 4 kamar dilengkapi ranjang susun dan dapat memuat 8 orang jadi total 36 orang. Toilet tersedia 6 kamar. Ruangan ini dapat diatur fleksibel untuk pria dan wanita.

 

Relief Selasar Lantai 2

 

KEMULIAAN, KEJAYAAN & KESEMPURNAAN SEORANG BUDDHA

            Setelah meninjau lantai dasar dari bangunan utama ini yang menceritakan tentang “Sungguh Sulitnya Kelahiran Seorang Buddha “ berkaitan dengan Naga Erakapatta dan menyangkut kesatuan dari kisah bangunan utama Vihara Buddha Guna ini, kembali melalui tangga lantai 2 bangunan ini dijumpai selasar tepatnya sebelah kiri dan kanan Relief Buddha Kicca Dihiasi beberapa relief mengetengahkan Kisah Sang Buddha, diantaranya:

(Gambar denah Relief)

  1. Kisah tentang kelahiran Sang Boddhisatta Gotama, kemuliaan lahirnya seorang Boddhisatta Buddha Gotama.
  2. Kisah tentang kejayaan Seorang Buddha yang menunjukan Mujizat/Ganda Yamaka Patihariya di Kapilavatthu.
  3. Kisah tentang kejayaan Seorang Buddha yang menunjukan Mujizat/Ganda Yamaka Patihariya di Taman Nigroda.
  4. Kisah tentang kesempurnaan seorang Buddha yang mencapai Mahaparinibbana di Pohon Sala Kembar di Kusinara.

 

 

Relief Kelahiran Pangeran Sidhatta

 

KELAHIRAN CALON BUDDHA / BODDHISATTA SIDHATTA GOTAMA

PADA BULAN PURNAMA SIDDHI, BULAN WAISAK TAHUN 623 SM DI TAMAN LUMBINI.

(Gambar Relief)

AKULAH YANG TERTINGGI DI ANTARA SEMUA MAKHLUK DI TIGA ALAM !

AKULAH YANG TERBESAR DI ANTARA SEMUA MAKHLUK DI TIGA ALAM !

AKULAH YANG TERMULIA DI ANTARA SEMUA MAKHLUK DI TIGA ALAM !

INILAH KELAHIRAN-KU YANG TERAKHIR

TIDAK ADA KELAHIRAN KEMBALI BAGI-KU !

 

 

Relief Yamaka Patihariya /

SANG BUDDHA MENUNJUKAN MUKJIZAT GANDA DI TAMAN NIGRODA

(Gambar)

SAAT PERTAMA KALI SANG BUDDHA

BERSAMA DUA PULUH RIBU ARAHAT

MENGUNJUNGI KELUARGA ISTANA DI KAPILAVATTHU.

UNTUK MENUNDUKAN KECONGKAKAN KAUM KSATRIA,

PANGERAN DAN PUTRI SUKU SAKYA.

 

 Relief Yamaka Patihariya 2

SANG BUDDHA MENUNJUKAN MUKJIZAT GANDA DI DEKAT POHON MANGGA PUTIH KANDAMBA

(Gambar)

DI HADAPAN KAUM PERTAPA (KAUM BRAHMANA)

YANG MEMILIKI PANDANGAN SALAH,

SANG BUDDHA MENUNJUKAN KEAJAIBAN GANDA,

UNTUK MEYAKINKAN PARA SISWA-NYA DAN SEMUA MAKHLUK,

AKAN KEBENARAN DHAMMA DAN KESEMPURNAAN SEORANG BUDDHA.

 

Relief Maha Parinibbana

MAHAPARINIBBANA BUDDHA GOTAMA

PADA BULAN PURNAMA SIDDHI, BULAN WAISAK TAHUN 543 SM.

DI BAWAH POHON SALA KEMBAR DI KUSINARA

(Gambar)

“PARA BHIKKHU SEKARANG SAYA MENYATAKAN PADA KALIAN;

SEGALA HAL YANG TERKONDISI PASTI AKAN HANCUR

BERJUANGLAH DENGAN PENUH KESADARAN”

Lantai Dasar Bangunan Utama

lttdasr

Dari canopy lantai 2 menuju lantai dasar (lt.1) bangunan utama dihubungkan dengan dua buah tangga dan bermuara pada satu tangga. Keberadaan lantai ini tidak terlepaskan dengan konsep perancangan bangunan yang edukatif, karena memasuki Ruang Dhamma Hall yang juga dikenal dengan Ruang Dana terpahat indah di atas pintu masuk ; bait Dhammapada 182 dan 237 yang mengingatkan kita untuk bergegas mengikuti Ajaran Sang Guru karena sungguh sulit terlahir sebagai manusia.

Demikian pula tepat di atas bordes tangga menuju lantai 2 terpahat indah Inti Sari Ajaran Buddha yang diuraikan pada Dhammapada 183 yang dikenal dengan Dana – Sila – Bhavana. Sangat tepat karena lantai 2 di Dhammasala Dhamma Mandira dikenal pula dengan Ruang Sila untuk memohon Sila dan di lantai 3 Dhammasala Velluvana dikenal Ruang Bhavana untuk melatih bhavana.

(Gambar Pintu Utama Dhamma Hall)

Pintu utama Dhamma Hall terukir indah Dhammapada 182 dan 183

(Gambar Ruang Dhamma Hall)

Gambar Ruang Dhamma Hall yang juga dikenal Ruang Dana & tangga penghubungnya.

(Gambar ukiran Dhammapda 183)

Inti Ajaran Sang Buddha yang terukir indah seperti diuraikan dala Dhammpada 183

(Gambar pandangan menuju tangga)

Pandangan menuju tangga yang terpajang papan Ukir Inti Ajaran Sang Buddha.

Pintu Masuk Ruang Dhamma Hall

DHAMMAPADA 182 – 237

kicco

KICCHO MANUSSAPATILÂBHO,

KICCAM MACCÂNA JIVITÂÑ,

KICCCHAM SADDHAMMA SAVANAÑ,

KICCHO BUDDHÂNAÑ UPPÂDO.

 

SUNGGUH SULIT UNTUK DAPAT DILAHIRKAN SEBAGA MANUSIA,

SUNGGUH SULIT KEHIDUPAN MANUSI,

SUNGGUH SULIT UNTUK DAPAT MENDENGARKAN AJARAN BENAR,

BEGITU PULA, SUNGGUH SULIT MUNCULNYA SEORANG BUDDHA.

 

HARD IS TO BE BORN AS A MAN

HARD IS TO THE LIFE OF IMMPORTALS,

HARD IS IT TO HEAR THE TRUTH SUBLIME,

HARD AS WELL IS THE BUDDHA’S RISE.

DHAMMAPADA 183

UPANÂTAVAYO VA DÂNISI,

SAMPAYÂTO SI YAMASSA SANTIKE,

VÂSOPI CA TE NATTHI ANTARÂ,

PÂTHEYYAMPI CA TE BA VIJJATI.

 

SEKARANG KEHIDUPANMU TELAH MENDEKATI AKHIR,

DAN ENGKAU TELAH BERJALAN MENUJU RAJA KEMATIAN (YAMA),

TIDAK ADA TEMPAT BERHENTI BAGIMU DI PERJALANAN,

SEDANGKAN ENGKAU BELUM MEMILIKI BEKAL UNTUK PERJALANANMU.

 

YOUR LIFE IS COME NEAR TO AN END NOW,

TO THE PRESENCE OF DEATH YOU ARE SETTING OUT,

NO HALTING PLACE IS THERE FOR YOU ON THE WAY,

AND PROVISION FOR YOUR JOURNEY YOU HAVE NONE.

 

DHAMMAPADA 237

Dhammapada 182 dan 237 dipilih untuk ditempatkan pada pintu masuk Dhamma Hall untuk mengingatkan dan menyadarkan diri kita untuk segera bergegas mengikuti Ajaran Sang Guru Agung Sang Buddha, karena keberkahan kita telah dapatkan, lahir sebagai manusia, berjumpa dengan Ajaran kebenaran (Dhamma),. Sungguh merupakan suatu berkah bila kita dapat menjalankan ajaran ini dan akhirnya dapat meealisasikan-Nya.

  Dhamma Hall

RUANG SERBA GUNA (RUANG DANA)

(Gambar Ruang Dana)

Dhamma Hall yang juga diberi nama Ruang Dana difungsikan sebagai ruang serba guna khusus untuk kegiatan-kegiatan Dhamma, seperti seminar, talk show, pesamuan, workshop/pelatihan, yang berkapasitas 250 orang dengan penataan gaya theater. Dengan selasar yang cukup lebar dan taman yang ditata indah serta ruang makan disebelah timurnya, membuat ruangan ini cukup fungsional.

Dhamma Hall

RUANG KANTOR DAN RADIO

(Gambar)

Ruangan “sayap” Dhamma Hall

Di bagian belakang Dhamma Hall (sayap ruangan ini) terdapat 2 ruangan yang difungsikan sebagai ruang kantor di sebelah barat dan direncanakan sebagai studio radio Dhamma ruangan yang di sebelah timur.

 Dhamma Hall

DHAMMAPADA 183

(Gambar ukiran Dhammapada 183)

 

SABBAPAPÂSA AKARANAÑ

KUSALASSAUPASAMPADÂ

SACITTAPARIYODAPANAÑ

ETAÑ BUDDHÂNA SÂSANAÑ

 

TINGGALKAN SEGALA KEJAHATN,

SENANTIASA KEMBANGKAN KEBAJIKAN,

SUCIKAN HATI DAN PIKIRAN,

INILAH AJARAN PARA BUDDHA

 

ABSTENION FROM ALL EVIL,

CULTIVAION OF THE WHOLESOME,

FURIFICATION OF THE MIND,

THIS IS TEACHING OF THE BUDDHAS.

Pintu Dhammasala Dhamma Mandira

 pintu-mask

SIRIPADA – TAPAK KAKI BUDDHA

Setelah disuguhkan relief tentang Kehidupan Sang Buddha secara singkat melalui selasar yang kiri kanan dihiasi dengan jendela motif Bunga Sala dan ekor Naga Erakapatta akan dijumpai pintu menuju ruang dalam Dhamma Sala Dhamma Mandira.

Pintu yang diatasnya dihiasi dengan Bunga Lotus dan tutup pintu berhiaskan Siri Pada (Tapak Kaki) Sang Buddha mengandung arti dengan pikiran yang suci marilah kita mengikuti jejak Guru Agung Sang Buddha. Ini sangat tepat karena pintu ini mengantarkan menuju Ruang Sila  dan Ruang Bhavana.

(Gambar Siri Pada)

Buddhapada atau Siri Pada memiliki pesan

“Mari Kita Ikuti Jejak Sang Buddha, Mari Kita Praktikan Dhamma”.

 

 

Lantai 3 Dhammasala Velluvana

VIEW LEPAS BEBAS – HIJAU BUKIT DAN BIRU AIR

(Gambar)

Memasuki lantai dhammasala Velluvana yang dihubungkan oleh tangga dari lantai 2 terdapat teras sebagai ruang jeda untuk beristirahat melihat bukit di arah utara vihara yang hijau maupun lautan lepas membiru di arah timur. Sebuah puncak dan suasana ditampilkan membuat suasana yang lega dan lepas. Sebuah puncak dari squnze & serial vision  yang mengagumkan, menyajikan keindahan alam.

RUANG BHAVANA 

(Gambar)

dari teras Dhammasala Velluvana terlihat pintu masuk terukir indah 2 Bidadari yang membawa amisa puja sebagai penghormatan kepada Sang Buddha. Di kedua sisinya terdapat ukiran yang menjelaskan usaha dan perjuangan untuk menyempurnakan menjadi Boddhisatta dan mencapai ke – Buddha – an yaitu 10 Parami dan Boddhipakiya Dhamma serta Para Sammasambuddha yang telah merealisasi Sang Jalan tersebut.

Buddha Vamsa

(Gambar)

Terukir indah Buddhavamsa yaitu silsilah Para Sammasambuddha yang telah mencapai ke – Buddha – an dengan usaha sendiri dan membabarkan Dhamma sebelum Sammasambuddha Gotama. Buddha Gotama menyatakan tekadnya pada masa Buddha Dipankara.

Prami & Boddhipakiyadhamma

(Gambar)

10 Parami dan 37 Boddhipakiya Dhamma yang harus disempurnakan dan harus direalisasikan oleh seorang Boddhisatta untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.

Dhammasala Velluvana

KEINDAHAN PINTU MASUK YANG BERMAKNA

(Gambar)

Daun pintu Dhammasala Velluvan dengan motif Bidadari yang membawa amisa puja, bila pintu terbuka maka dari dalam ruangan terlihat kedua bidadari mengiringi Dewa Brahma Sahampati memohon agar Sang Buddha Membabarkan Dhamma.

KAGUNGAN SORANG RAJANYA PARA PERTAPA

   (Gambar)

 Interior Dhammasala Velluvana didesain dengan suasan hutan, pepohonan dan almari yang menyerupai pondok, Pohon Bodhi kembar dan hutan bambu keemasan menambah asri suasana terinspirasi dari taman Cittalata milik Dewa Sakka.

Sang Pertapa Agung dengan kedua siswa utama yaitu Y.A. Sariputta Thera dan Y.A. Moggalana Thera diwujudkan dalam Buddha Rupang yang difinishing berbeda, bukan menggunakan polesan warna emas namun menggunakan warna putih mutiara yang mengesankan kesederhanaan namun memancarkan keagungan.

Fungsi dari ruang ini sebelumnya disebut dengan Ruang Uposathagara untuk ritual para Bhikkhu, ruang yang juga diberi nama Ruang Bhavana kini juga difungsikan sebagai tempat untuk bermeditasi dan menyimpan perlengkapan Para Bhikkhu, 2 (dua) set komplit Kitab Suci Tipitaka yang baru ada di Bali. Kitab Suci Tipitaka tersebut dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Pali dan Bahasa Inggris dan ke dapan akan dilengkapi dengan bahasa negara Buddhis lainya. Kitab Tipitaka berbentuk lontar yang langka dari Myanmar pun disimpan di sini.

Ruangan ini sangat istimewa dengan adanya Roda Dhamma terbuat dari 5 unsur logam (Panca Datu) diantaranya terdapat emas, total berta Roda Dhamma ini ± 200 kg terletak pada dome (Plafond).

Roddha Dhamma

(Gambar)

 Roda Dhamma seberat ± 200 kg yang terbuat dari 5 unsur logam (Panca Datu) diantaranya emas, dipasang pada dome. Suasana plafond di malam  hari dengan penataan cahaya, Roda Dhamma memancarkan 8 (delapan) sinar sesuai dengan jumlah rodanya melambangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan “ Atta Ariya Magga”/Middle Way.

Altar Dhammasala Velluvana

KAGUNGAN SORANG RAJANYA PARA PERTAPA

                          (Gambar)                                                                          (Gambar)

Altar pada siang hari, indah menawan                   Altar pada malam hari, agung mempesona

(Gambar)

BUDDHA RUPANG

                      Putih Mutiara

 

 

(Gambar)

Empat buah almari yang menyerupai pondok di tengah hutan, difungsikan untuk menempatkan Kitab Suci Tipitaka, baik berupa kitab maupun berupa lontar. Juga untuk menempatkan barang-barang yang digunakan oleh Seorang Samana dalam kehidupanya sehari-hari.

 

7 (Tujuh Relief)

7 (TUJUH) MINGGU SETELAH PENCERAHAN AGUNG

Menyempurnakan Keagungan Sang Maha Samana mencapai ke – Buddha – an pada tembok eksterior Dhammsala Velluvana yang dapat dijumpai melalui selasar yang juga berfungsi sebagai lintasan Padakkhina / Pradaksina searah jarum jam, terukir 7 (tujuh) Relief yang mengisahkan tentang 7 (tujuh) minggu setelah Pencerahan Agung. Relief-relief inilah menjadi squenz dari bangnan ini. Dari halaman parkir vihara, namun setelah masuk ke bangunan sejenak terlupakan dan setelah berada di lantai atas bangunan  maka relief ini dapat dinikmati kembali.

MINGGU PERTAMA

minggu-1

Sang Buddha duduk bermeditasi di bawah Pohon Bodhi menikmati kebahagiaan kebebasan (Vimutisukkha) minggu ini dikenal dengan Pallanka Sattaha, karena Yang Terberkahi tetap duduk di tahta tak terkalahkan (Aparajita Pallanka) di kaki Pohon Bodhi. Peristiwa ini dikenal dengan Pallanka Sattaha.

MINGGU KEDUA

minggu-2

Sang Buddha selama seminggu memandangi Pohon Bodhi  tanpa berkedip sebagai tanda terima kasih terhadap Pohon Bodhi yang telah menaungi Beliau, peristiwa ini dikenal dengan Animisa Sattaha.

MINGGU KETIGA

minggu-3

Sang Buddha berjalan mondar-mandir di Jembatan Permata (Ratanacankama) di udara yang diciptakn sendiri untuk menghapus karagu-raguan para dewa tentang pencapaian Beliau. Ini dikenal dengan Ratanacankama.

MINGGU KEEMPAT

minggu-4

Sang Buddha duduk bersila di wisma permata (Ratanaghara) ciptaa-Nya sendiri, Beliau merenungi Abhidhamma, Membuat pikiran dan tubuh-Nya murni hingga memancarkan 6 warna cahaya (Chabbannaramsi). Peristiwa ini dikenal dengan Ratanaghara.

MINGGU KELIMA

minggu-5

Sang Buddha duduk bersila di kaki Pohon Banyan Ajapala (Beringin) menikmati kebebasan pembebasan. Saat ini muncul tiga Putri Mara yaitu Tanha, Arati, Raga menggoda dengan kemolekan tubuhnya, namun beliau tak tergoda, ini dikenal dengan Ajapala Sattaha.

MINGGU KEENAM

minggu6

Sang Buddha bermeditasi di kaki Pohon Mucalinda. Saat ini terjadi hujan lebat seekor Raja Naga Perkasa yang perkasa melilitkan badanya sebanyak tujuh kali dan melindungi Sang Buddha. Peristiwa ini dikenal dengan Mucalinda Sattaha.

MINGGU KETUJUH

minggu7

Sang Buddha duduk bermeditasi di kaki Pohon Rajayatana Mmenikmati Kebahagiaan Pembebasan. Dikenal dengan Rajayatana Sattaha. Demikian Sang Terberkahi melewati 7 (tujuh) minggu setelah Pencerahan Agung.

 

Kalyana Dhamma Sahabat Sejati Dalam Dhamma

                                                 RAJA BIMBISARA                                                                                                       RAJA PUKKUSATI                         

Dua relief Sahabat Sejati dalam Dhamma terlatak di kedua sisi bangunan utama bagian belakang. Dua sahabat yang belum pernah bertemu, namun satu sama lain saling mengagumi kepemimpinanya. Mereka menjalin persahabatan melalui surat. Ketika Raja Pukkusati mengirimkan hadiah yang sangat bernilai. Raja Bimbisara membalasnya dengan sebuah syair tentang kemuliaan Sang Buddha “Buddhanusati” yang ditulis sendiri oleh Raja Bimbisara diselembar kain emas. Membaca syair ini Raja Pukkusati mencapai Jhana, kemudian dengan mantap beliau meninggalkan kerajaan dan melepas tahta untuk menjadi Bhikkhu menemui Sang Buddha,. Mendengar wejangan sang Buddha akhirnya Beliau mencapai tingkat kesucian Anagami, kemudian menjadi Bhikkhu. Inilah yang menginspirasi kisah relief dan patung yang ditampilkan di Vihara Buddha Guna tentang “Kisah Kemuliaan Seorang Buddha”.

Kuti Bhikkhu

 

Bangunan Tempat Tinggal Para Bhikkhu

 

Kuti bhikkhu adalah bangunan yang harus ada dalam sebuah vihara karena sesungguhnya vihara adalah tempat berdiamnya para bhikkhu. Kuti adalah tempat berdiamnya para bhikkhu. Kuti Bhikkhu dalam Vihara Buddha Guna ditempatkan dipojok belakang di bagian barat lahan pada zoning yang sepi dari lalu lintas umat/pengunjung. Hal ini dipertimbangkan untuk memberikan kenyamanan bagi para bhikkhu yang bervassa. Pembangunan kuti yang nyaman dan memadai menjadi prioritas pemugaran ini karena bila telah ada bhikkhu bervasa tetap akan menarik minat umat untuk berkunjung.

Kuti bhikkhu terdiri dari 1 unit bangunan bertingkat  lantai, lantai bawah bersifat agak terbuka difungsikan sebagai R. Duduk (Tamu/umat yang berkunjung menemui bhikkhu) dan dilengkapi toilet. Lantai atas difungsikan sebagai ruang tidur bhikkhu yang terdiri dari 3 ruang tidur dan dilengkapi  ruang duduk para bhikkhu.

 4 Bahaya bagi Para Bhikkhu

Untitled-1

Relief Sang Buddha dengan Abhaya Mudra menyampaikan pesan 4 (empat)  bahaya bagi para Bhikkhu yang terdapat dalam CATUMA SUTTA, yaitu :

UMIBHAYA

(Bahaya dari ombak)

Ombak adalah simbolisasi diombang-ambingnya seorang Bhikkhu dalam ketidakpuasan dan kemarahan.

KUMBHILABHAYA

(Bahaya dari buaya)

Hanya memikirkan perut dan mulutnya sendiri dan tidak merasa puas dengan apa yang diterimanya, termakan arus materi.

AVATTABHAYA

(Bahaya dari pusaran air)

Pusaran air adalah simbolisasi dari terseretnya seorang Bhikkhu dalam lima kesenangan indra.

SUSUKABHAYA

(Bahaya dari ikan baus/ hiu)

Adalah simbolisasi termangsanya seorang Bhikkhu oleh wanita.

 

Interior Kuti Bhikkhu

interior-kuti

Di atas adalah lantai 1 Ruang Kuti Bhikkhu, sebagai ruang duduk dan sebelah kanan adalah lantai 2 Ruang Kuti Bhikkhu, (Ruang tidur dan Ruang meditasi)

 

Ruang Makan Bhikkhu

Untitled-2

ruang makan Bhikkhu, dapat difungsikan untuk aktivitas santai Bhikkhu serta Ruang melakukan pelimpahan jasa (pattidana) berada di belakan bangunan uatama dan di depanya terhampar taman dan rerumputan hijau sebagagi ruang terbuka. Ruang ini dapat sebagai ruang makan 20 orang Bhikkhu.

 

Bangunan Utama (Main Building)

RENOVASI BANGUAN UTAMA

Penambahan Canopy dan Selasar Bangunan Utama

Penambahan Canopy dan selasar dimaksudkan untuk memberikan akses langsung menuju Dhammasala bagi pengunjung, hal ini berdasarkan evaluasi purna huni kondisi entrance yang ada sekarang terskesan naik turun oleh permaianan tangga dan kurang berkesan mengundang.

Pembangunan canopy dan selasar diharapkan mampu memberikan kesan mengundang yang kuat dan mengharapkan umat/pengunjung menuju Dhammasala, melalui selasar yang dibuat baru melalui tangga menuju lantai dasar. Demikian pula canopy yang menggunakan elemen dekoratif yang Buddhistis akan memperindah dan memperkuat penampilan vihara ini.

 Renovasi Lantai 1,2,3

Interior maupun ekterior lantai ini direnovasi total, bahkan di lantai dasar yang sebelumnya terbagi menjadi ruang dengan grid bentang 4 meter dirubah total agar berfungsi sebagai Dhamma Hall dengan bentang 8 meter.

Pada lantai 2 dan 3 yang difungsikan sebagai Dhammasala Dhammamandira (lantai 2) dibuat terbuka untuk sirkulasi udara dan perluasan ruangan dan Dhammasala Velluvana (lantai 3) dibuat semakin indah dan fungsional. Mulai dari lantai, tembok, plafond direnovasi, bahkan untuk atap lantai 3 diperbaiki khusus pada plat untuk mengatasi kebocoran. Demikian pula altar masing-masing ruangan ini didesain menggunakan konsep yang memperkuat kisah keluhuran Guru Agung Buddha Gotama.

Tampak Depan

ViharaBuddhaGuna

Bangunan utama terdiri dari 3 (tiga) lantai, pada bagian depanya dilengkapi canopy yang berfungsi sebagai foyer, dihiasi oleh Pilar Asoka pada puncaknya.

Pada pilar kiri dan kanan disambut oleh patung kinara kinari, interior dinding belakang diukir relief “Buddha Kicca” (Kegiatan Sang Buddha Sehari-hari selama 45 Tahun Memberikan Pelayanan Dhamma pada Semesta Alam) yang menjadi ikon Vihara Buddha Guna.

Ajaran Sang Buddha tentang muncul dan Lenyapnya Dukkha yang bersumber pada Moha, Lobha, Dosa, terukir dengan indah pada lantai yang ditutup oleh kaca.

Dan interior plafondnya terpahatkan kata-kata Indah pujian Terhadap Perenungan Kebajikan Sang Buddha (Buddhanusati).

Bangunan ini tampak semakin megah dengan lilitan Naga Erakapatta yang mengitari bangunan utama yang penuh dengan relief mengisahkan keagungan Sang Buddha. Pada puncaknya berkilauan stupa yang terkenal sebagai ciri khas bangunan Buddhis.

(Gambar Kemegahan Bangunan Utama)

Kemegahan dan Keindahan Bangunan Utama dengan Memperhatikan Efektifitas dan Efisiensi dari Tuntutan Fungsi Ruang.

Puncak Bangunan Utama : Stupa

stupa

Stupa melambangankan Nibbana (kebebasan)  yang merupakan dasar utama dari seluruh rasa  Dhamma yang diajarkan oleh Guru Agung Buddha Gotama dan menjadi tujuan setiap Umat Buddha.

 

 

 

 

 

Burung Merak Melambangkan Keindahan

Picture-114

Jika Singa melambangkan “Raja Rimba” maka Burung Merak melambangkan “Ratu Keindahan” di alam hutan, seperti halnya Sang Buddha adalah Raja Dhamma dan Dhamma adalah indahnya rasa dari segala rasa; “indah pada awalnya, tengahnya dan pada akhirnya itulah Dhamma”.

Demikian pula Burung Merak  melambangkan kegigihan Sang Buddha dalam membabarkan dan menghidupi Dhamma yang dimulai dari dini hari, seperti yang diuraikan dalam Mora Paritta (Syair Burung Merak).

Gerbang Utama

Patung Gajah Putih Bertaring 3 Pasang

Patung Gajah Putih bertaring 3 (tiga) pasang, adalah gerbang utama (main gate) Vihara Buddha Guna. Gajah istimewa ini hadir dalam mimpi Ratu Siri Maha Maya Dewi. Gajah ini berjalan memutari dan akhirnya memasuki  perut Sang Ratu sebagai pertanda bahwa Sang Ratu akan mengandung Boddhisatta (Calon Buddha).

Penempatan paung gajah ini juga sebagai pertanda bahwa “story dan history Sang Buddha siap dikumandangkan di vihara yang bernama Buddha Guna mengetengahkan kebajikan Sang Buddha.

Patung Gajah yang berkesan kuat dan gagah, memperkuat tekad panitia mewujudkan impianya untuk memugar vihara ini, menjadi vihara yang istimewa.