Mei 2017
April 2017
Maret 2017
Februari 2017
Januari 2017
Desember 2016
Oktober 2016
Agustus 2016
Hadiri Ceramah Dhamma
Pada Puja Bhakti Minggu 16 Oktober 2016
oleh Pmy. Handy Prastya
“Berbahagialah perkawinan saling mencinta
Suami istri yang saling mengerti sama setia
Pada saling harga menghargai
Pada saling hormat menghormati
Saling percaya saling membantu
Tu’lah perkawinan berbahagia
Cinta sucilah berkah mulia tuk perkawinan
Suka dan duka dirasa bersama tetap setia
Pada saling harga menghargai
Pada saling hormat menghormati
Saling percaya saling membantu
Tu’lah perkawinan berbahagia”
~B. Girirakhito~
Terletak di timur bangunan utama, gedung ini berfungsi sebagai toilet di basement, ruang makan dan dapur di lantai 1 dan Ruang Sekolah Minggu Buddhis di lantai 2. Tampak dalam foto di atas adalah Eksterior dan Ruang Sekolah Minggu yang menampung 30 orang siswa.
Dengan lahan yang terbatas namun tuntutan fungsi dan keterbukaan lahan hijau yang cukup, ruang-ruang dirancang sesuai kebutuhan. Seperti ruang makan dan dapur yang dibutuhkan untuk menunjang acara yang diselenggarakan. Selasar lantai dasar bangunan utama juga difungsikan sebagai tempat duduk-duduk dan makan yang mengesankan suasana santai.
Wisma umat berada dibagian timur, belakang bangunan utama, berfungsi pelayanan penginapan bagi umat yang memerlukan, serta penginapan bagi umat bila mengadakan acara di vihara ini. Bangunan ini terdiri dari 1 (satu) lantai yang dilengkapi ruang tidur dan toilet.
Terdiri dari 4 kamar dilengkapi ranjang susun dan dapat memuat 8 orang jadi total 36 orang. Toilet tersedia 6 kamar. Ruangan ini dapat diatur fleksibel untuk pria dan wanita.
Setelah meninjau lantai dasar dari bangunan utama ini yang menceritakan tentang “Sungguh Sulitnya Kelahiran Seorang Buddha “ berkaitan dengan Naga Erakapatta dan menyangkut kesatuan dari kisah bangunan utama Vihara Buddha Guna ini, kembali melalui tangga lantai 2 bangunan ini dijumpai selasar tepatnya sebelah kiri dan kanan Relief Buddha Kicca Dihiasi beberapa relief mengetengahkan Kisah Sang Buddha, diantaranya:
(Gambar denah Relief)
Relief Kelahiran Pangeran Sidhatta
KELAHIRAN CALON BUDDHA / BODDHISATTA SIDHATTA GOTAMA
PADA BULAN PURNAMA SIDDHI, BULAN WAISAK TAHUN 623 SM DI TAMAN LUMBINI.
(Gambar Relief)
AKULAH YANG TERTINGGI DI ANTARA SEMUA MAKHLUK DI TIGA ALAM !
AKULAH YANG TERBESAR DI ANTARA SEMUA MAKHLUK DI TIGA ALAM !
AKULAH YANG TERMULIA DI ANTARA SEMUA MAKHLUK DI TIGA ALAM !
INILAH KELAHIRAN-KU YANG TERAKHIR
TIDAK ADA KELAHIRAN KEMBALI BAGI-KU !
Relief Yamaka Patihariya /
SANG BUDDHA MENUNJUKAN MUKJIZAT GANDA DI TAMAN NIGRODA
(Gambar)
SAAT PERTAMA KALI SANG BUDDHA
BERSAMA DUA PULUH RIBU ARAHAT
MENGUNJUNGI KELUARGA ISTANA DI KAPILAVATTHU.
UNTUK MENUNDUKAN KECONGKAKAN KAUM KSATRIA,
PANGERAN DAN PUTRI SUKU SAKYA.
Relief Yamaka Patihariya 2
SANG BUDDHA MENUNJUKAN MUKJIZAT GANDA DI DEKAT POHON MANGGA PUTIH KANDAMBA
(Gambar)
DI HADAPAN KAUM PERTAPA (KAUM BRAHMANA)
YANG MEMILIKI PANDANGAN SALAH,
SANG BUDDHA MENUNJUKAN KEAJAIBAN GANDA,
UNTUK MEYAKINKAN PARA SISWA-NYA DAN SEMUA MAKHLUK,
AKAN KEBENARAN DHAMMA DAN KESEMPURNAAN SEORANG BUDDHA.
Relief Maha Parinibbana
MAHAPARINIBBANA BUDDHA GOTAMA
PADA BULAN PURNAMA SIDDHI, BULAN WAISAK TAHUN 543 SM.
DI BAWAH POHON SALA KEMBAR DI KUSINARA
(Gambar)
“PARA BHIKKHU SEKARANG SAYA MENYATAKAN PADA KALIAN;
SEGALA HAL YANG TERKONDISI PASTI AKAN HANCUR
BERJUANGLAH DENGAN PENUH KESADARAN”
Dari canopy lantai 2 menuju lantai dasar (lt.1) bangunan utama dihubungkan dengan dua buah tangga dan bermuara pada satu tangga. Keberadaan lantai ini tidak terlepaskan dengan konsep perancangan bangunan yang edukatif, karena memasuki Ruang Dhamma Hall yang juga dikenal dengan Ruang Dana terpahat indah di atas pintu masuk ; bait Dhammapada 182 dan 237 yang mengingatkan kita untuk bergegas mengikuti Ajaran Sang Guru karena sungguh sulit terlahir sebagai manusia.
Demikian pula tepat di atas bordes tangga menuju lantai 2 terpahat indah Inti Sari Ajaran Buddha yang diuraikan pada Dhammapada 183 yang dikenal dengan Dana – Sila – Bhavana. Sangat tepat karena lantai 2 di Dhammasala Dhamma Mandira dikenal pula dengan Ruang Sila untuk memohon Sila dan di lantai 3 Dhammasala Velluvana dikenal Ruang Bhavana untuk melatih bhavana.
(Gambar Pintu Utama Dhamma Hall)
Pintu utama Dhamma Hall terukir indah Dhammapada 182 dan 183
(Gambar Ruang Dhamma Hall)
Gambar Ruang Dhamma Hall yang juga dikenal Ruang Dana & tangga penghubungnya.
(Gambar ukiran Dhammapda 183)
Inti Ajaran Sang Buddha yang terukir indah seperti diuraikan dala Dhammpada 183
(Gambar pandangan menuju tangga)
Pandangan menuju tangga yang terpajang papan Ukir Inti Ajaran Sang Buddha.
DHAMMAPADA 182 – 237
KICCHO MANUSSAPATILÂBHO,
KICCAM MACCÂNA JIVITÂÑ,
KICCCHAM SADDHAMMA SAVANAÑ,
KICCHO BUDDHÂNAÑ UPPÂDO.
SUNGGUH SULIT UNTUK DAPAT DILAHIRKAN SEBAGA MANUSIA,
SUNGGUH SULIT KEHIDUPAN MANUSI,
SUNGGUH SULIT UNTUK DAPAT MENDENGARKAN AJARAN BENAR,
BEGITU PULA, SUNGGUH SULIT MUNCULNYA SEORANG BUDDHA.
HARD IS TO BE BORN AS A MAN
HARD IS TO THE LIFE OF IMMPORTALS,
HARD IS IT TO HEAR THE TRUTH SUBLIME,
HARD AS WELL IS THE BUDDHA’S RISE.
DHAMMAPADA 183
UPANÂTAVAYO VA DÂNISI,
SAMPAYÂTO SI YAMASSA SANTIKE,
VÂSOPI CA TE NATTHI ANTARÂ,
PÂTHEYYAMPI CA TE BA VIJJATI.
SEKARANG KEHIDUPANMU TELAH MENDEKATI AKHIR,
DAN ENGKAU TELAH BERJALAN MENUJU RAJA KEMATIAN (YAMA),
TIDAK ADA TEMPAT BERHENTI BAGIMU DI PERJALANAN,
SEDANGKAN ENGKAU BELUM MEMILIKI BEKAL UNTUK PERJALANANMU.
YOUR LIFE IS COME NEAR TO AN END NOW,
TO THE PRESENCE OF DEATH YOU ARE SETTING OUT,
NO HALTING PLACE IS THERE FOR YOU ON THE WAY,
AND PROVISION FOR YOUR JOURNEY YOU HAVE NONE.
DHAMMAPADA 237
Dhammapada 182 dan 237 dipilih untuk ditempatkan pada pintu masuk Dhamma Hall untuk mengingatkan dan menyadarkan diri kita untuk segera bergegas mengikuti Ajaran Sang Guru Agung Sang Buddha, karena keberkahan kita telah dapatkan, lahir sebagai manusia, berjumpa dengan Ajaran kebenaran (Dhamma),. Sungguh merupakan suatu berkah bila kita dapat menjalankan ajaran ini dan akhirnya dapat meealisasikan-Nya.
RUANG SERBA GUNA (RUANG DANA)
(Gambar Ruang Dana)
Dhamma Hall yang juga diberi nama Ruang Dana difungsikan sebagai ruang serba guna khusus untuk kegiatan-kegiatan Dhamma, seperti seminar, talk show, pesamuan, workshop/pelatihan, yang berkapasitas 250 orang dengan penataan gaya theater. Dengan selasar yang cukup lebar dan taman yang ditata indah serta ruang makan disebelah timurnya, membuat ruangan ini cukup fungsional.
RUANG KANTOR DAN RADIO
(Gambar)
Ruangan “sayap” Dhamma Hall
Di bagian belakang Dhamma Hall (sayap ruangan ini) terdapat 2 ruangan yang difungsikan sebagai ruang kantor di sebelah barat dan direncanakan sebagai studio radio Dhamma ruangan yang di sebelah timur.
DHAMMAPADA 183
(Gambar ukiran Dhammapada 183)
SABBAPAPÂSA AKARANAÑ
KUSALASSAUPASAMPADÂ
SACITTAPARIYODAPANAÑ
ETAÑ BUDDHÂNA SÂSANAÑ
TINGGALKAN SEGALA KEJAHATN,
SENANTIASA KEMBANGKAN KEBAJIKAN,
SUCIKAN HATI DAN PIKIRAN,
INILAH AJARAN PARA BUDDHA
ABSTENION FROM ALL EVIL,
CULTIVAION OF THE WHOLESOME,
FURIFICATION OF THE MIND,
THIS IS TEACHING OF THE BUDDHAS.
Dhammasala Dhamma Mandira didesain bagaikan sebuah istana dan Sang Buddha duduk di Singgasana Sakka Rajadewa sebagai kelanjutan kisah Keajaiban Kembar yang dipertunjukan oleh Sang Buddha dihadapan para pertapa sesat di dekat Pohon Mangga Putih Kandamba, kemudian Beliau menuju Surga Tavatimsa untuk mengajarkan Abhidhamma kepada para dewa dan brahma Khususnya kepada Ibunda-Nya Ratu Siri Mahamaya yang terlahir disana. Dhammasala Dhamma Mandira juga mengingatkan bahwa sebelumnya Beliau adalah seorang raja dan setelah menjadi Buddha, Beliau menjadi tertinggi dari kaum Ksatria manapun juga.
Keindahan dan kemegahan yang ditampilkan dalam Dhammasala Dhamma Mandira dapat dirasakan siang maupun malam hari. Keindahan altar dan berkah Sang Buddha disimbolkan pada 8 Lambang Keberuntungan yang dipajang pada kanan dan kiri altar.
(Gambar 8 Lambang)
Kehadiran Seorang Buddha membawa berkah bagi semesta alam, berkah ini digambarkan sebagai keberuntungan yang disimbolkan dengan 8 Lambang Keberuntungan (8 Victory Sign)
Memillki arti sebagai simbol kekuasaan atau kemegahan sebagai simbol religius untuk pelindung melawan panas dari perbuatan jahat/ kilesa.
Melambangkan kebahagiaan karena memiliki kebebasan sempurna di dalam air. Simbol kesuburan dan kekayaan berlimpah serta melambangkan kesatuan dan kesetiaan hubungan perkawinan.
Arti simbolis sebagai tempat penyimpanan harta benda yang tak bisa habis isinya, secara spiritual jambangan sering dihubungkan dengan kepemilikan kemampuan luar biasa.
Bunga lotus sebagai simbol dari kesucian, walaupun lotus memiliki akar di dalam lumpur dalam sebuah kolam dan danau, ia memunculkan kecantikan dari bunganya tanpa noda di permukaan air.
Sebagai simbol kemasyuran yang terdengar dan tersebar ke segala penjuru seprti suara suara terompet siput tersebut.
Sebagai simbol gerakan dan ketenangan, tentang kesadaran yang tinggi dan kesalarasan seimbang sepenuhnya, dianggap berhubungan dengan keadaan yang baik di masa datang yang mempunyai akar penyebab di masa sekarang.
Sebagai simbol kemenangan terhadap perselisihan paham, ketidakharmonisan atau rintangan. Kemenangan pengetahuan kebijaksanaan atas ketidak-tahuan atau rintangan kebahagiaan. Sebagai simbol harapan untuk membawa keabadian, kekekalan kebahagiaan duniawi yang “cepat berlalu” dan tentang kebahagiaan tertinggi.
Dhamma mencakup semua dan lengkap di dalamnya. Tidak ada awal dan akhir, dan sekaligus dalam gerakan (berputar) dan diam. Sebagai simbol pernyataan kelengkapan dan kesempurnaan dari ajaran, dan keinginan agar ajara-Nya tersebar lebih luas.
Setelah disuguhkan relief tentang Kehidupan Sang Buddha secara singkat melalui selasar yang kiri kanan dihiasi dengan jendela motif Bunga Sala dan ekor Naga Erakapatta akan dijumpai pintu menuju ruang dalam Dhamma Sala Dhamma Mandira.
Pintu yang diatasnya dihiasi dengan Bunga Lotus dan tutup pintu berhiaskan Siri Pada (Tapak Kaki) Sang Buddha mengandung arti dengan pikiran yang suci marilah kita mengikuti jejak Guru Agung Sang Buddha. Ini sangat tepat karena pintu ini mengantarkan menuju Ruang Sila dan Ruang Bhavana.
(Gambar Siri Pada)
Buddhapada atau Siri Pada memiliki pesan
“Mari Kita Ikuti Jejak Sang Buddha, Mari Kita Praktikan Dhamma”.
(Gambar)
Memasuki lantai dhammasala Velluvana yang dihubungkan oleh tangga dari lantai 2 terdapat teras sebagai ruang jeda untuk beristirahat melihat bukit di arah utara vihara yang hijau maupun lautan lepas membiru di arah timur. Sebuah puncak dan suasana ditampilkan membuat suasana yang lega dan lepas. Sebuah puncak dari squnze & serial vision yang mengagumkan, menyajikan keindahan alam.
(Gambar)
dari teras Dhammasala Velluvana terlihat pintu masuk terukir indah 2 Bidadari yang membawa amisa puja sebagai penghormatan kepada Sang Buddha. Di kedua sisinya terdapat ukiran yang menjelaskan usaha dan perjuangan untuk menyempurnakan menjadi Boddhisatta dan mencapai ke – Buddha – an yaitu 10 Parami dan Boddhipakiya Dhamma serta Para Sammasambuddha yang telah merealisasi Sang Jalan tersebut.
(Gambar)
Terukir indah Buddhavamsa yaitu silsilah Para Sammasambuddha yang telah mencapai ke – Buddha – an dengan usaha sendiri dan membabarkan Dhamma sebelum Sammasambuddha Gotama. Buddha Gotama menyatakan tekadnya pada masa Buddha Dipankara.
(Gambar)
10 Parami dan 37 Boddhipakiya Dhamma yang harus disempurnakan dan harus direalisasikan oleh seorang Boddhisatta untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
(Gambar)
Daun pintu Dhammasala Velluvan dengan motif Bidadari yang membawa amisa puja, bila pintu terbuka maka dari dalam ruangan terlihat kedua bidadari mengiringi Dewa Brahma Sahampati memohon agar Sang Buddha Membabarkan Dhamma.
(Gambar)
Interior Dhammasala Velluvana didesain dengan suasan hutan, pepohonan dan almari yang menyerupai pondok, Pohon Bodhi kembar dan hutan bambu keemasan menambah asri suasana terinspirasi dari taman Cittalata milik Dewa Sakka.
Sang Pertapa Agung dengan kedua siswa utama yaitu Y.A. Sariputta Thera dan Y.A. Moggalana Thera diwujudkan dalam Buddha Rupang yang difinishing berbeda, bukan menggunakan polesan warna emas namun menggunakan warna putih mutiara yang mengesankan kesederhanaan namun memancarkan keagungan.
Fungsi dari ruang ini sebelumnya disebut dengan Ruang Uposathagara untuk ritual para Bhikkhu, ruang yang juga diberi nama Ruang Bhavana kini juga difungsikan sebagai tempat untuk bermeditasi dan menyimpan perlengkapan Para Bhikkhu, 2 (dua) set komplit Kitab Suci Tipitaka yang baru ada di Bali. Kitab Suci Tipitaka tersebut dalam 2 bahasa yaitu Bahasa Pali dan Bahasa Inggris dan ke dapan akan dilengkapi dengan bahasa negara Buddhis lainya. Kitab Tipitaka berbentuk lontar yang langka dari Myanmar pun disimpan di sini.
Ruangan ini sangat istimewa dengan adanya Roda Dhamma terbuat dari 5 unsur logam (Panca Datu) diantaranya terdapat emas, total berta Roda Dhamma ini ± 200 kg terletak pada dome (Plafond).
(Gambar)
Roda Dhamma seberat ± 200 kg yang terbuat dari 5 unsur logam (Panca Datu) diantaranya emas, dipasang pada dome. Suasana plafond di malam hari dengan penataan cahaya, Roda Dhamma memancarkan 8 (delapan) sinar sesuai dengan jumlah rodanya melambangkan Jalan Mulia Berunsur Delapan “ Atta Ariya Magga”/Middle Way.
(Gambar) (Gambar)
Altar pada siang hari, indah menawan Altar pada malam hari, agung mempesona
(Gambar)
Putih Mutiara
(Gambar)
Empat buah almari yang menyerupai pondok di tengah hutan, difungsikan untuk menempatkan Kitab Suci Tipitaka, baik berupa kitab maupun berupa lontar. Juga untuk menempatkan barang-barang yang digunakan oleh Seorang Samana dalam kehidupanya sehari-hari.
Menyempurnakan Keagungan Sang Maha Samana mencapai ke – Buddha – an pada tembok eksterior Dhammsala Velluvana yang dapat dijumpai melalui selasar yang juga berfungsi sebagai lintasan Padakkhina / Pradaksina searah jarum jam, terukir 7 (tujuh) Relief yang mengisahkan tentang 7 (tujuh) minggu setelah Pencerahan Agung. Relief-relief inilah menjadi squenz dari bangnan ini. Dari halaman parkir vihara, namun setelah masuk ke bangunan sejenak terlupakan dan setelah berada di lantai atas bangunan maka relief ini dapat dinikmati kembali.
MINGGU PERTAMA
Sang Buddha duduk bermeditasi di bawah Pohon Bodhi menikmati kebahagiaan kebebasan (Vimutisukkha) minggu ini dikenal dengan Pallanka Sattaha, karena Yang Terberkahi tetap duduk di tahta tak terkalahkan (Aparajita Pallanka) di kaki Pohon Bodhi. Peristiwa ini dikenal dengan Pallanka Sattaha.
MINGGU KEDUA
Sang Buddha selama seminggu memandangi Pohon Bodhi tanpa berkedip sebagai tanda terima kasih terhadap Pohon Bodhi yang telah menaungi Beliau, peristiwa ini dikenal dengan Animisa Sattaha.
MINGGU KETIGA
Sang Buddha berjalan mondar-mandir di Jembatan Permata (Ratanacankama) di udara yang diciptakn sendiri untuk menghapus karagu-raguan para dewa tentang pencapaian Beliau. Ini dikenal dengan Ratanacankama.
MINGGU KEEMPAT
Sang Buddha duduk bersila di wisma permata (Ratanaghara) ciptaa-Nya sendiri, Beliau merenungi Abhidhamma, Membuat pikiran dan tubuh-Nya murni hingga memancarkan 6 warna cahaya (Chabbannaramsi). Peristiwa ini dikenal dengan Ratanaghara.
MINGGU KELIMA
Sang Buddha duduk bersila di kaki Pohon Banyan Ajapala (Beringin) menikmati kebebasan pembebasan. Saat ini muncul tiga Putri Mara yaitu Tanha, Arati, Raga menggoda dengan kemolekan tubuhnya, namun beliau tak tergoda, ini dikenal dengan Ajapala Sattaha.
MINGGU KEENAM
Sang Buddha bermeditasi di kaki Pohon Mucalinda. Saat ini terjadi hujan lebat seekor Raja Naga Perkasa yang perkasa melilitkan badanya sebanyak tujuh kali dan melindungi Sang Buddha. Peristiwa ini dikenal dengan Mucalinda Sattaha.
MINGGU KETUJUH
Sang Buddha duduk bermeditasi di kaki Pohon Rajayatana Mmenikmati Kebahagiaan Pembebasan. Dikenal dengan Rajayatana Sattaha. Demikian Sang Terberkahi melewati 7 (tujuh) minggu setelah Pencerahan Agung.
RAJA BIMBISARA RAJA PUKKUSATI
Dua relief Sahabat Sejati dalam Dhamma terlatak di kedua sisi bangunan utama bagian belakang. Dua sahabat yang belum pernah bertemu, namun satu sama lain saling mengagumi kepemimpinanya. Mereka menjalin persahabatan melalui surat. Ketika Raja Pukkusati mengirimkan hadiah yang sangat bernilai. Raja Bimbisara membalasnya dengan sebuah syair tentang kemuliaan Sang Buddha “Buddhanusati” yang ditulis sendiri oleh Raja Bimbisara diselembar kain emas. Membaca syair ini Raja Pukkusati mencapai Jhana, kemudian dengan mantap beliau meninggalkan kerajaan dan melepas tahta untuk menjadi Bhikkhu menemui Sang Buddha,. Mendengar wejangan sang Buddha akhirnya Beliau mencapai tingkat kesucian Anagami, kemudian menjadi Bhikkhu. Inilah yang menginspirasi kisah relief dan patung yang ditampilkan di Vihara Buddha Guna tentang “Kisah Kemuliaan Seorang Buddha”.